Cinta Pada Pandangan Pertama: Nafsu atau Suka?

 Cinta Pada Pandangan Pertama: Nafsu atau Suka?

Pernahkah kamu mendengar pernyataan ‘cinta pada pandangan pertama’? Pernyataan tersebut tentunya familiar di telinga POPIe, ya? Namun, banyak perdebatan yang ditimbulkan dari pernyataan tersebut. Ada yang setuju, ada pula yang tidak. Beberapa orang merasa tidak mungkin seseorang dapat langsung jatuh cinta kepada orang yang baru ditemui. Tahukah kamu? Psikologi mengungkapkan bahwa kata ‘cinta’ ada baiknya tidak langsung ditentukan secepat kamu menentukan pilihan sepatumu. Hal pertama yang akan terlihat dari seseorang yang baru saja ditemui tentu sifatnya sangat visual, seperti penampilan fisik. Ini lah yang mempertanyakan kata ‘cinta’ pada pandangan pertama itu sendiri. Jadi, apakah perasaan yang kamu rasakan saat itu merupakan perasaan suka, atau nafsu? Yuk, lihat perbedaannya!

Terdapat 5 ciri yang menandakan kalau kamu benar-benar suka sama si Dia. Pertama, kamu benar-benar ingin menghabiskan waktu berkualitas terlepas dari seks, yang mana tujuannya untuk lebih mengenal si Dia. Kedua, kamu bisa saja membayangkan ataupun menikmati perbincangan sampai lupa waktu. Ketiga, kamu benar-benar ingin mendengarkan segala ceritanya dan ingin menyatakan perasaan terjujurmu. Keempat, kamu ingin menjadi oprang terdepan yang dapat memotivasinya menjadi orang yang lebih baik. Kemudian yang terakhir, kamu ingin bertemu dengan teman-teman serta keluarganya, which is a really good step untuk dapat mengenalnya lebih baik lagi.

 Poker Domino Bandar Ceme Terpercaya


Nah, silahkan POPIe cek kembali, apakah ciri-ciri yang berikut ini kah yang dirasakan olehmu? Jangan sampai kamu tertipu dengan perasaan sementaramu ini. Pada dasarnya, terdapat 5 ciri yang menandakan bahwa kamu hanya mengembangkan perasaan nafsu kepada orang yang baru saja kamu temui. Pertama, pada awal bertemu dengannya kamu hanya terfokus kepada penampakan dan bentuk tubuhnya. Kedua, kamu mulai membayangkan untuk melakukan hubungan seks dengan si Dia, namun tidak terlalu tertarik untuk membangun percakapan dengannya. Ketiga, kamu lebih memilih untuk membicarakan hal-hal yang bersifat abstrak atau pada tingkatan fantasi dibandingkan membicarakan hal-hal yang realistis. Keempat, kamu ingin bergegas pergi setelah melakukan hubungan seks dibanding menunggu untuk sarapan bersama dengannya. Dan yang terakhir yaitu kamu hanya menganggapnya sebagai pasangan asmara, bukan sekaligus sebagai teman untuk bercerita.